SALAMAN DALAM BINGKAI SEJARAH PERTUMBUHAN
( Foto Markoes N.N. )
Salaman adalah salah satu dari kecamatan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.
Wilayah Kecamatan Salaman terdiri dari daerah pegunungan dan lembah yang cukup
subur, sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Kajoran di , kecamatan
Tempuran dan Borobudur di sebelah Timur, berbatasan dengan proinsi Daaerah Istimewa Yogyakarta di sebelah Selatan, dan Kabupaten
Purworejo di sebelah Barat. Pada bagian ini terbentang jajaran bukit Menoreh,
yang tegar menjulang, memiliki Pesona alam yang indah, sekaligus memiliki
beragam mitos dan legenda yang sangat melekat di sanubari rakyat.
Puncak yang
menjulang tinggi itu, gagah menjulang menjadi
latar belakang setting daerah Salaman. Sebelah utara terdapat pegunungan
Sikapat dan Giyanti yang menyambung dengan kaki Gunung Sumbing.
Daerah
ini terletak sekitar 17 km di sebelah selatan
Kota Magelang, Dari Kota Mungkid Ibukota Kabupaten jaraknya 15 km dan 48 km dari Yogyakarta. Salaman terletak
pada jalur penghubung kota Semarang-Purworejo-Cilacap-Bandung (lewat Jalur
Selatan)dan Purwokerto-Kebumen-Borobudur-Muntilan. Gerbang memasuki Kabupaten
Magelang dari arah barat selatan. Dahulu Salaman adalah ibukota Kawedanan Salaman, yang wilayahnya meliputi :
Kecamatan Salaman, Kecamatan Borobudur, Kecamatan Tempuran, dan Kecamatan
Kajoran. Setelah itu dikenal sebagai daerah pembantu bupati Magelang Wilayah
Salaman sampai tahun 1999.
( Foto Lantip Wratsangka )
Dari
lembah dataran yang lebih rendah mengalir sungai sungai yang bermata air di pegunungan
dan bukit bukit setempat. Dengan Kali
Tangsi yang berhulu di Kecamatan Kaliangkrik mengalir ke Borobudur bertemu
dengan Sungai progo..di Desa Wringinputih. Kali Tangsi ini memiliki anak sungai
yaitu Kali Kluban, Kali Caren , Kali Sabrang yang berhulu di pegunungan
Menoreh. Kali Mrawu yang berhulu di pegunungan Sikapat. Anak Kali itu memiliki puluhan
anak kali yang mengalir di desa desa. Dari Kali Tangsi pada tahun 1900 dibangun Bendungan Krasak
yang mengalirkan saluran Irigasi yang melintasi Lereng pegunungan Menoreh,
melintasi Desa Krasak, Sriwedari, Kalisalak, Menoreh sampai ke Borobudur. Sedangkan Bendungan Drojogan Sriwedari mengalir saluran Irigasi
yang mengalir melewati Desa Kebonrejo,
Sidomulyo sampai kecamatan Tempuran.
Saluran irigasi ini terbagi dari Induk, primer dan tersier. Mengalir ke sawah
sawah penduduk, sehingga bisa
menghasilkan padi dengan rutin setiap
tahunnya.
(saluran irigasi sekunder yang mengalir dengan membendung Kali Tangsi )
(saluran irigasi sekunder yang mengalir dengan membendung Kali Tangsi )
RT Danoeningrat bupati Magelang ke 2
Sarana
transportasi jalan raya telah terbangun sejak jaman colonial belanda dahulu. Menurut
prasasti di Tugu Bener Krajan , Bener
Purworejo. Jalan raya yang menghubungkan Salaman Purworejo itu terbangun
tahun 1845-1850 saat bupati Purworejo di jabat R.Adiate Tjokronagara I dan
Bupati Magelang di jabat oleh Raden Tumenggung Aria Danuningrat III. Sedangkan
jalan dari Salaman ke Magelang besar kemungkinan sudah ada jauh sebelum perang
Diponegoro, mengingat pada waktu itu Salaman adalah wilayah dari Distrikten
Menoreh dalam Regentschappen Magelang. Menurut prasasti Jembatan Kali Tangsi di
perbatasan dengan Desa Sidomulyo didapat bahwa jembatan itu dibangun oleh Raden
Adipate Aria Danoeningrat regent van Magelang tahun 1870.
( Jembatan Kali Tangsi sebelum dilebarkan tahun 2016 ..salah satu dinidngnya ada prasasti RAA Danoeningrat regent van Magelang 1870)
( Foto Anas Nur Saiful Aziz)
( Jembatan Kali Tangsi sebelum dilebarkan tahun 2016 ..salah satu dinidngnya ada prasasti RAA Danoeningrat regent van Magelang 1870)
Dengan transportasi
tersebut, menjadikan Salaman adalah jalur yang cukup ramai selama 24 jam.
Sampai pada tahun 1990 an setiap pagi
penulis menjumpai armada truck membawa industry dari Cilacap, purwokerto
ke Semarang. Memasuki millineum baru kepadatan arus lalulintas semakin terasa. lebih Kecamatan Tempuran ditetapkan sebagai satu kawasan industri untuk Kab Magelang. Angkutan untuk kepentingan industri semakin padat dan rapat. Semakin tahun arus lalu lintas semakin ramai dan padat.
Sejak lama sebenarnya masyarakat sudah merindukan tentang adanya pelebaran jalan. Secara psikologis itu sudah disiapkan sejak tahun 1972. Maka pada waktu itu, masyarakat yang memiliki rumah di pinggir jalan ramai ramai membongkar bangunan/mengepras sehingga sesuai dengan aturan dari as jalan 10 meter. Tahun 1972 di Salaman trotoar yang menghubungkan pasar dan rumah sakit pembantu. Dan ruas di depan Kawedanan Salaman. Kemudian dilanjutkan pada tahun 1985 dilanjutkan pembangunan trotoar di Kota Salama
Salaman dalam kenangan masa lalu.
( Foto tahun 1956 ketika Lulusan S M P Kusuma Salaman Alm Bpk Wilarso dan Kawan Kawan..
Kedatangan
Inggris di Pulau jawa sudah diperkirakan
oleh pemerintah colonial
Belanda. Dengan menugaskan Herman William Daendels sebagai gubernur jenderal dengan maksud mengantisipasi Pulau
Jawa direbut Inggris dari Belanda.
Walaupun pada akhirnya Inggris akhirnya
menguasai juga Pulau Jawa sebagai bagian dari jajahannya. Kedatangan Inggris di
Pulau Jawa mendapatkan pertentangan dari
Sultan Hamengkubuwono II, yang akhirnya berakibat hilanganya wilayah Kedu sebagai
bagian dari wilayah Negara agung Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan
Surakarta. Setelah merebut wilayah Kedu
Sir Stamford Rafles mengangkat
Angabehi Danoekromo dari keturunan
Basyaiban dan Keluarga Patih Danuredjo
Yogyakarta sebagai bupati Magelang. Kabupaten Magelang dibentuk dengan mengangkat Angabehi
Danoekromo menjadi bupati dengan gelar Raden Adipate Danuningrat . Sebagai
ibukota dipilih Magelang. Wilayah yang membentang diantara Sungai Progo dan Sungai Elo. Sebuah desa di antara
Gelangan dan Mateseh, yang dikenal dengan nama Kebon Dalem. Kabupaten Magelang
terbentuk dengan wilayah meliputi 7 dristrik yaitu1.
Probolinggo 2, Ngasiinan 3. Balak ( Candimulyo ) 4.
Menoreh ( Salaman ) 5. Bandongan 6.
Remame ( Jumoyo Salam ) dan 7. Magelang.
Sumber lain mengatakan bahwa sebelum Kabupatern
Magelang terbentuk di Kedu sudah ada Kabupaten Menoreh yang wilayah meliputi
antara Pegunungan Menoreh , Gunung Sumbing dan Prahu, beribukota di Parakan
dengan Bupati terakhir adalah R.Ng Djojonegoro ( Besluit Komisaris Jenderal
Hindia Belanda no 11 Tgl 7 April 1826 ) . Kisah kabupaten Menoreh berakhir
setelah Perang Diponegoro ibukota dipindah ke Temanggung pada tgl 13 Sept 1834. Pada tahuun 1816 ketika wilayah Kedu dikembalikan kepada
Belanda dengan demikian wilayah Kedu bukan lagi wilayah Vorstenladen ( kerajaan Yogyakarta ) melainkan wilayah
governemen Hindia Belanda. Setelah tahun
1845 Distrikeen Menoreh di Regenchappen Magelang meliputi onderdistrikten Menoreh, Sadegan, Borobudur
dan Kaliaboe ) . Menoreh saat ini adalah salah satu Desa dengan wilayah
yang luas di Kecamatan Salaman. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Salaman
pada masa Hindia Belanda dikenal dengan nama Dsitrik Menoreh. Menurut cerita
orang orang tua pada atahun 1980 an..”dahulu dikenal Menoreh daripada Salaman.”Bahkan sampai saat ini kalau ketemu dengan
orang dari daerah Muntilan dan Salam ketika ditanya aslinya darimana, kemudian saya
menjawab Salaman, mereka akan menegaskan
Salaman Menoreh). Sampai saat ini di dusun Kamal, Juru Sawah, Alun Alun ,
Beteng Desa Menoreh menunjukan bekas bekas sebagai sebuah kota kuno pada masa
lalu. Hal ini terlihat dari struktur jalan raya yang membelah desa. Rumah rumah
penduduk masih terdapat dengan struktur bangunan kuno dan berusia lebih dari
seratus tahun.
Tidak diketahui secara pasti Dsitrik Menoreh berganti nama menjadi Distrik Salaman, besar kemungkinan setelah desa Salaman dibangun berbagai infrastruktur oleh Belanda sebagai penunjang sebuah Kota distrik yaitu Gedung dan Pendopo Kawedanan Salaman ( dirobohkan tahun 2003 ) Pasar, Sekolahan ( Veervolkschool Sekarang SD Salaman 1), Gudang Garam, sebelah barat Pegadaian, Gedung Pegadaian, Masjid Besar Kauman, Gedung Telefon,Telegram dan bangunan lama polsek Salaman. Karena di Salaman juga terdapat pertigaan tiga ruas jalan yang menghubungkan Salaman Purworejo, Borobudur dan Magelang. Di Menoreh pulalah dahulu Belanda membangun beteng bagian dari strategis Beteng Stelsel dalam menghadapi Perang Diponegoro. Bahkan berakhirnya perang Diponegoro yang legendaris itu dimulai dari Perundingan Menoreh sebelum ditipu olehBelanda di Karesidenan Magelang.
![]() |
Alumni SMP Kusuma / Salaman 1953 pertama kali di Bunderan Salaman tahun 1956 |
Tidak diketahui secara pasti Dsitrik Menoreh berganti nama menjadi Distrik Salaman, besar kemungkinan setelah desa Salaman dibangun berbagai infrastruktur oleh Belanda sebagai penunjang sebuah Kota distrik yaitu Gedung dan Pendopo Kawedanan Salaman ( dirobohkan tahun 2003 ) Pasar, Sekolahan ( Veervolkschool Sekarang SD Salaman 1), Gudang Garam, sebelah barat Pegadaian, Gedung Pegadaian, Masjid Besar Kauman, Gedung Telefon,Telegram dan bangunan lama polsek Salaman. Karena di Salaman juga terdapat pertigaan tiga ruas jalan yang menghubungkan Salaman Purworejo, Borobudur dan Magelang. Di Menoreh pulalah dahulu Belanda membangun beteng bagian dari strategis Beteng Stelsel dalam menghadapi Perang Diponegoro. Bahkan berakhirnya perang Diponegoro yang legendaris itu dimulai dari Perundingan Menoreh sebelum ditipu olehBelanda di Karesidenan Magelang.
SD Beteng Menoreh didirikan di bekas beteng Belanda |
![]() |
Kantor Pengairan di Jln Diponegoro/ Sudirman Juru Sawah Menoreh Salaman. Masyarakat menyebutnya Nggedong karena merupakan bangunan gedong |
![]() |
Pegadaian Salaman di Jln P Diponegoro Salaman kampung sekitarnya di sebut dengan Kampung Gadean. |
![]() |
Rumah Dinas Beherder yang dialihfungsikan |