Kota Magelang
mengenal plengkung untuk menunjukan
jembatan air/ talang yang melintasi beberapa jalan di bawahnya,
sedangkan di Yogyakarta menunjukan kepada pintu gerbang yang menuju ke arah
keraton Jogjakarta. Selama ini di Magelang hanya di kenal 3 plengkung saja, yaitu Plengkung Badaan,
Kodim dan Kemiri kerep. Namung ternyata di Kabupaten Magelang, tepatnya di Desa
Menoreh Salaman Magelang, di kenal Plengkung Pitu.
Plengkung
adalah untuk menunjukan pintu gerbang menuju
ke halaman keraton dengan yang menyatu
dengan tembok benteng keraton. Bangunan plengkung sebagai gapura masuk merupakan pengembangan
dari gapura paduraksa yang sudah dikenal
dalam arsitektur tradisonal Jawa Bali.
Menurut KBBI Arti pelengkung : pintu gerbang untuk memasuki daerah benteng keraton
(kadang-kadang ditambah bangunan melengkung yang menghubungkan kedua sisi
pintu).Kontruksi Plengkung banyak pakai
untuk model jembatan pada masa Belanda.Teknologi itu adalah bentuk struktur
lengkung — dalam bahasa Inggrisnya disebut arch. Sebuah struktur lengkung
mempunyai kemampuan luar biasa dalam mendistribusikan bebani
Jembatan plengkung adalah struktur setengah lingkaran
( plengkung ) dengan abutmen di kedua sisinya. Desain plengkung (setengah
lingkaran) secara alamiah beban akan dialihkan
yang diterima lantai kendaraan jembatan menuju ke abutmen yang menjaga kedua
sisi jembatan agar tidak bergerak kesamping.
Dalam menahan
beban akibat berat sendiri dan beban lalu lintas di atas nya , setiap bagian
pelengkung menerima gaya tekan, alasan itulah yang mengharuskan jembatan
pelengkung harus terdiri dari material yang tahan terhadap gaya tekan. Kualitas
material bangunan yang benar benar memiliki daya tahan yang cukup kuat dan
lama. Karena selain menopang diri sendiri ( badan jembatan ) juga beban yang
diteriima oleh pemakainya atau lalu lintasnya.
Namun
demikian, model plengkung tidak mengalami gaya tarik yang membuat pelengkung
lebih efisien dari jembatan balok, namun kekuatan struktur jembatan plengkung
juga masih dibatasi. Sebagai contoh, untuk jembatan yang struktur utamanya di atas
lantai kendaraan, semakin besar sudut kelengkungannya (semakin tinggi
lengkungannya) maka pengaruhnya gaya tekan juga akan semakin kecil, namun itu
berarti bentangnya menjadi lebih kecil, jika diinginkan membuat jembatan
pelengkung dengan bentang panjang, maka sudut pelengkung harus dikecilkan sehingga gaya tekanpun menjadi lebih besar dan
diperlukan abutmen yang lebih besar untuk menahan gaya horizontal tersebut.
Jadi sama seperti jembatan balok bentang dari jembatan pelengkung juga dibatasi
hingga 50 sampai 150 m.
Plengkung pitu
merupakan salah satu dari bagian bangunan irigasi Induk Saluran Tangsi yang
dibendung di desa Krasak. Lokasi bendungan itu kemudian dijadikan view RM Sekar
Pajang Krasak Magelang. Bangunan yang
berfungsi sebagai talang air irigasi
sehingga dapat mengalir menuju ke arah timur.
Kontruksi yang digunakan adalah kontruksi jembatan plengkung, karena
terdiri dari tujuh lengkungan beton, masyarakat menyebutkan dengan nama Plengkung
Pitu. Selain sebagai talang air juga berfungsi sebagai jembatan penghubung
antara Dusun Kempul dan Beteng di Desa
Menoreh Kecamatan Salaman.
Menurut Erman Mawardi dalam
bukunya "Desain Hidraulik Bangunan Irigasi" dijelaskan bahwa irigasi
adalah usaha untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan
untuk keperluan penunjang produksi pertanian. Kata Irigasi berasal dari kata
irrigate dalam bahasa Belanda dan irrigation dalam bahasa Inggris.
Menurut Abdullah Angoedi dalam
sejarah Irigasi di Indonesia disebutkan bahwa dalam laporan Pemerintahan
Belanda Irigasi didefinisikan sebagai berikut :"secara teknis menyalurkan
air melalui saluran-saluran pembawa ke tanah pertanian dan setelah air tersebut
diambil manfaat sebesar-besarnya menyalurkan ke saluran-saluran pembuangan
terus ke sungai".
Mengunjungi Plengkung Pitu di Menoreh Salaman, memiliki daya tarik tersendiri. Ketika melintas di atas nya, kita akan melewati dua aliran air yang berbeda arus. Arus Kali Kluban yang mengalir dari selatan ke Utara, nanti aliran Kali Kluban ini akan bertemu dengan Kali Tangsi di Kedung Lupang Salaman . Sekaligus sebagai batas alami Desa Ngadirejo, Sidomulyo dan Salaman. Aliran irigasi yang melintas di atas jembatan ini mengalir ke timur, menuju ke arah Borobudur.
Talang air itu ditutup dengan balok balok beton, yang knondwon sehingga ketika dilewati akan sedikit bergerak. Lebar jembatan itu tidak lebih dari 1.5 meter, sehingga hanya bisa dilalui dengan pejalan kaki, sepeda atau motor.
Panorama alam Pegunungan Menoreh dengan sawah di lembah nya sangat menarik untuk dinikmati baik pada pagi hari atau sore hari. Untuk melintasi nya membutuhkan ektra hati hati baik yang belum terbiasa akan ragu apalagi mengendarai sepeda motor. Karena jembatan tersebut relatif tinggi dan tidak berpagar. Pagar besi yang menyisakn tonggak tonggak tersebut konon, dipotong pada waktu pendudukan Jepang di Indonesia.
Mengunjungi Plengkung Pitu di Menoreh Salaman, memiliki daya tarik tersendiri. Ketika melintas di atas nya, kita akan melewati dua aliran air yang berbeda arus. Arus Kali Kluban yang mengalir dari selatan ke Utara, nanti aliran Kali Kluban ini akan bertemu dengan Kali Tangsi di Kedung Lupang Salaman . Sekaligus sebagai batas alami Desa Ngadirejo, Sidomulyo dan Salaman. Aliran irigasi yang melintas di atas jembatan ini mengalir ke timur, menuju ke arah Borobudur.
Talang air itu ditutup dengan balok balok beton, yang knondwon sehingga ketika dilewati akan sedikit bergerak. Lebar jembatan itu tidak lebih dari 1.5 meter, sehingga hanya bisa dilalui dengan pejalan kaki, sepeda atau motor.
Panorama alam Pegunungan Menoreh dengan sawah di lembah nya sangat menarik untuk dinikmati baik pada pagi hari atau sore hari. Untuk melintasi nya membutuhkan ektra hati hati baik yang belum terbiasa akan ragu apalagi mengendarai sepeda motor. Karena jembatan tersebut relatif tinggi dan tidak berpagar. Pagar besi yang menyisakn tonggak tonggak tersebut konon, dipotong pada waktu pendudukan Jepang di Indonesia.