Minggu, 19 Mei 2019


PLENGKUNG PITU MENOREH




Kota Magelang mengenal plengkung untuk menunjukan  jembatan air/ talang yang melintasi beberapa jalan di bawahnya, sedangkan di Yogyakarta menunjukan kepada pintu gerbang yang menuju ke arah keraton Jogjakarta. Selama ini di Magelang hanya di kenal  3 plengkung saja, yaitu Plengkung Badaan, Kodim dan Kemiri kerep. Namung ternyata di Kabupaten Magelang, tepatnya di Desa Menoreh Salaman Magelang, di kenal Plengkung Pitu.
Plengkung adalah untuk menunjukan pintu gerbang  menuju ke halaman keraton dengan yang  menyatu dengan tembok benteng keraton. Bangunan plengkung  sebagai gapura masuk merupakan pengembangan dari gapura  paduraksa yang sudah dikenal dalam arsitektur tradisonal Jawa  Bali. Menurut KBBI Arti pelengkung : pintu gerbang untuk memasuki daerah benteng keraton (kadang-kadang ditambah bangunan melengkung yang menghubungkan kedua sisi pintu).Kontruksi  Plengkung banyak pakai untuk model jembatan pada masa Belanda.Teknologi itu adalah bentuk struktur lengkung — dalam bahasa Inggrisnya disebut arch. Sebuah struktur lengkung mempunyai kemampuan luar biasa dalam mendistribusikan bebani

Jembatan  plengkung adalah struktur setengah lingkaran ( plengkung ) dengan abutmen di kedua sisinya. Desain plengkung (setengah lingkaran) secara alamiah  beban akan dialihkan yang diterima lantai kendaraan jembatan menuju ke abutmen yang menjaga kedua sisi jembatan agar tidak bergerak kesamping.
Dalam menahan beban akibat berat sendiri dan beban lalu lintas di atas nya , setiap bagian pelengkung menerima gaya tekan, alasan itulah yang mengharuskan jembatan pelengkung harus terdiri dari material yang tahan terhadap gaya tekan. Kualitas material bangunan yang benar benar memiliki daya tahan yang cukup kuat dan lama. Karena selain menopang diri sendiri ( badan jembatan ) juga beban yang diteriima oleh pemakainya atau lalu lintasnya.

Namun demikian, model plengkung tidak mengalami gaya tarik yang membuat pelengkung lebih efisien dari jembatan balok, namun kekuatan struktur jembatan plengkung juga masih dibatasi. Sebagai contoh, untuk jembatan yang struktur utamanya di atas lantai kendaraan, semakin besar sudut kelengkungannya (semakin tinggi lengkungannya) maka pengaruhnya gaya tekan juga akan semakin kecil, namun itu berarti bentangnya menjadi lebih kecil, jika diinginkan membuat jembatan pelengkung dengan bentang panjang, maka sudut pelengkung harus dikecilkan  sehingga gaya tekanpun menjadi lebih besar dan diperlukan abutmen yang lebih besar untuk menahan gaya horizontal tersebut. Jadi sama seperti jembatan balok bentang dari jembatan pelengkung juga dibatasi hingga 50 sampai 150 m.
Plengkung pitu merupakan salah satu dari bagian bangunan irigasi Induk Saluran Tangsi yang dibendung di desa Krasak. Lokasi bendungan itu kemudian dijadikan view RM Sekar Pajang Krasak Magelang.  Bangunan yang berfungsi sebagai talang air irigasi sehingga dapat mengalir menuju ke arah timur.  Kontruksi yang digunakan adalah kontruksi jembatan plengkung, karena terdiri dari tujuh lengkungan beton, masyarakat menyebutkan dengan nama Plengkung Pitu. Selain sebagai talang air juga berfungsi sebagai jembatan penghubung antara Dusun Kempul dan Beteng  di Desa Menoreh Kecamatan Salaman.
Menurut Erman Mawardi dalam bukunya "Desain Hidraulik Bangunan Irigasi" dijelaskan bahwa irigasi adalah usaha untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi pertanian. Kata Irigasi berasal dari kata irrigate dalam bahasa Belanda dan irrigation dalam bahasa Inggris.

Menurut Abdullah Angoedi dalam sejarah Irigasi di Indonesia disebutkan bahwa dalam laporan Pemerintahan Belanda Irigasi didefinisikan sebagai berikut :"secara teknis menyalurkan air melalui saluran-saluran pembawa ke tanah pertanian dan setelah air tersebut diambil manfaat sebesar-besarnya menyalurkan ke saluran-saluran pembuangan terus ke sungai".

Mengunjungi Plengkung Pitu di Menoreh Salaman, memiliki daya tarik tersendiri. Ketika melintas di atas nya, kita akan melewati dua aliran air yang berbeda arus. Arus Kali Kluban yang mengalir dari selatan ke Utara, nanti aliran Kali Kluban ini akan bertemu dengan Kali Tangsi di Kedung Lupang Salaman . Sekaligus sebagai batas alami Desa Ngadirejo, Sidomulyo dan Salaman. Aliran irigasi yang melintas di atas jembatan ini mengalir ke timur, menuju ke arah Borobudur. 
Talang air itu ditutup dengan balok balok beton, yang knondwon sehingga ketika dilewati akan sedikit bergerak. Lebar jembatan itu tidak lebih dari 1.5 meter, sehingga hanya bisa dilalui dengan pejalan kaki, sepeda atau motor. 
Panorama alam Pegunungan Menoreh dengan sawah di lembah nya sangat menarik untuk dinikmati baik pada pagi hari atau sore hari. Untuk melintasi nya membutuhkan ektra hati hati baik yang belum terbiasa akan ragu apalagi mengendarai sepeda motor. Karena jembatan tersebut relatif tinggi dan tidak berpagar. Pagar besi yang menyisakn tonggak tonggak tersebut konon, dipotong pada waktu pendudukan Jepang di Indonesia. 





2 komentar: