Polsek
Salaman dan Pembentukan BKR Salaman
Mapolsek Salaman berada persis di
tempat strategis, yaitu di sebelah Bunderan Salaman dengan lahan yang cukup
luas yaitu 1 Ha, berdampingan dengan
Koramil Salaman. Saat sekarang ini menempati gedung baru, yang dibangun
pada tahun 2003. Belakang gedung baru tersebut terdapat bangunan peninggalan
Belanda berbentuk panggung dengan kontruksi kayu. Bangunan kayu kelihatan tua dan rapuh tersebut menyimpang sejarah
perjuangan bangsa yang cukup penting.
Pembentukan BKR diumumkan oleh
Presiden pada tanggal 23 Agustus 1945. Dalam sambutannya, ia meminta pemuda
PETA, Heiho, Kaigun Heiho, dan pemuda lainnya untuk sementara bekerja dalam
bentuk BKR dan bersiap-siap untuk dipanggil ke nasional tentara tentara jika
saatnya. Pengumuman itu kemudian segera ditindak lanjuti hingga sampai ke
daerah daerah dengan mengambil langkah langkah yang berpedoman kepada seruan
tersebut.
Salaman sebagai kota kawedanan
pembentukannnya dilakukan Kantor Polsek Salaman sekarang. Sebuah rumah panggung
dari kayu memiliki halaman yang luas dan barak di sebelah timurnya. Lokasinya
sangat strategis karena berada di dekat
Bunderan Salaman. Pemuda pemuda desa terutama mereka yang bekas KNIL,
PETA dan Heiho kemudian mendaftarkan diri . Salaman memungkinkan dibentuk Badan
Keamanan Rakyat karena memiliki fasilitas gedung yang bisa digunakan sebagai asrama dan
markas. Pemuda pemuda yang berasal dari Borobudur, Kajoran, Salaman dan
Tempuran kemudian bergabung .
![]() |
Murid SD Salaman 1 berfoto bersama di depan Kantor Polisi pada tahun 1974. sebelah kanan adalah Bu Susilah dan Bpk Petrus Dalmoekri. Bangunan masih relatif asli seperti tahun 1945-1950. |
BKR Salaman di bentuk dan dipimpin Soewito Haryoko, mantan Syodanco
PETA dari Dai ici Daidan Kedu Syu di Gombong , yang berasal dari
Tempuran. Salah satu kecamatan dalam wilayah Kawedanan Salaman. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi anggota BKR
menjadi tanggung jawab Wedana Salaman yang dibantu oleh ibu ibu perjuangan,
dengan menyediakan “nuk”nasi bungkus. Sebagai baju seragam mengunakan baju hijau
PETA dan warna krem HEIHO, sedangkan persenjataannya mengunakan rampasan dari
jepang dan pinjaman dari Kepolisian. Pendaftar dari berbagai golongan masyarakat
tersebut kemudian di tes kesehatannya dan didaftar. Untuk kemudian dilakukan
latihan baris berbaris, dan mengunakan senapan tiruan dari kayu. Hal tersebut
sangat memungkinkan meningatkan Markas BKR menempati lahan yang cukup luas dan
strategis.
(Soewito Haryoko dan Abu Hasan sedang menerima petugas dari KTN di Mandiraja sewaktu agresi Milter Belanda II)
Hal yang mendorong di Salaman
dibentuk BKR karena ada sarana gedung untuk markas dan asrama. Selain itu
tersedia sumber daya manusia yang berasal dari mantan PETAN, HEIHO, Kampetai,
yang didukung oleh pegawai Jawatan Garam Negara, Jawatan Kapas Negara dan bekas
sopir . BKR Salaman merupakan bagian
dari Badan Keamanan Rakyat Magelang yang dipimpin oleh mantan Chudancho
Achmad Yani ( Jend Anumerta Achmad Yani ) dengan memiliki persenjataan
cukup lengkap. Antara Achmad Yani dan Soewito Haryoko pernah bersama sama tugas di Dai ici Daidan Kedu Syu di Gombong. Sedangkan
tokoh tokoh BKR Magelang lainnya adalah Soerjo Soepeno, M.Sarbini, Koen
Khamdani, Slamet Soedibyo, dan Soeratman.
BKR ini merupakan bagian dari Badan
Penolong Korban Perang , pada perkembangan berikutnya kemudian memiliki fungsi
sebagai alat keamanan Negara untuk menghadapi segala kemungkinan bahaya dari
luar. BKR kemudian berkembang menjadi Tentara Keamanan Rakyat pada tagl 5
Oktober 1945. Pada tanggal 7 januari 1946 berdasarkan Penetapan Pemerintah No
2/SD th 1946. Kemudian berubah menjadi Tentara Republik Indonesia berdasarkan
Penetapan Pemerintah No 4/SD th 1946 . BKR Salaman ini dalam perkembangan menjadi
Batalyon IV dengan Komandan Mayor
Soewito Harjoko dan Komandan Bawahan
Mayor Hoesen , menjadi Bagian Resimen 19 /Tentara Republik Indonesia di
Magelang dengan komandan Let Kol Sarbini .
Baik anggota BKR Salaman dan mereka
yang tidak tegabung didalamnya kemudian bergabung ke dalam laskar laskar
perjuangan seperti Laskar Rakyat dengan tokoh Basoeki ( Kauman ), Hisbullah
oleh Achmad Fatoni ( Menoreh ), BAPERI oleh Samain Somadarsono ( Kalisalak)
banyak terlibat dalam perjuangan di Magelang seperti :
1. Penyerangan Markas Kampetai
Jepang pada tanggal 24 September 1945, pemuda Salaman yang bernama Suroto, (
Brengkel Kulon ) Kabul, Saleh dan Sastro Sedan berhasil merampas Ford 1941,
pick up, dan truk dan Parto sukir berhasil membawa lari vanser
wagen dan kemudian dikumpulkan sebagai inventaris BKR Salaman.
2. Pengibaran Bendera Merah Putih di
Puncak Gunung Tidar
3. Pertempuran melawan Gurkha
Inggris tanggal 31 Oktober 1945
Pada
masa Agresi Militer Belanda II , Salaman diduduki Brigade W Kolone 1 pada
tanggal 21 Desember 1948, sebagaian pasukan melanjutkan menuju ke Magelang
.Sebagian menuju Borobudur untuk bertemu dengan Brigade T yang bergerak dari
Yogyakarta menuju Magelang. Selaman pendudukan Belanda tersebut kemudian
ditempati oleh tentara NICA, masyarakat mengenal dengan nama Anjing NICA,
setiap malam selalu mendapatkan serangan dari gerilyawan TNI dari berbagai
penjuru. Sedangkan Pasukan IVG menempati Kantor Pos Lama, atau Gedong Walet di
Kauman Salaman.
Sumber Bacaan :
Moehkardi,
Bunga
Rampai Sejarah Indonesia : dari Borobudur sampai Revolusi Nasional .
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press , 2018 ( digitalisasi )
Nasution
,A.H , Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid IX, Bandung ,
Angkasa : 1979
Soedardjo,
Kenangan
dari Medan Barat . Jakarta : PT Balai Pustaka , 1995
Pierre
Heijboer, Agresi Militer Belanda
memperebutkan Pending Zamrud Sepanjajgn Khatulistiwa 1945/1949.
Jakarta , Grasindo : 1998
Heri
Sukiman , Sejarah Perang Kemerdekaan RI
di Salaman dan Sekitarnya ,1987
tanpa penerbit ( Laporan tertulis Penilik Kebudayaan Kantor Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Kec Salaman Kabupaten Magelang )
Informan :
Suroto
, mantan BKR Sopir , Brengkel II ( Kulon
) Salaman Magelang wawancara 14 September 1998
R.
Soerowo, mantan PETA dan TNI , Kauman Salaman Magelang wawancara 19 Agustus 1998 di Kauman Salaman Magelang.
Let
Kol (Purn) E.W. Legiono, Purnawirawan TNI asli Kauman Salaman tinggal di Asrama
Batalyon Sadang Purwakarta. Wawancara tanggal 14 Pebruari 1998 di Kauman
Salaman Magelang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar