Minggu, 20 Januari 2019


CANDI SEGI DELAPAN MENOREH SALAMAN


bagian yoni yang terbalik


bagian potongan yoni yang tampak di permukaan tanah. rawan tergerus lahan pertanian disekitarnya.
Menyebutkan candi Wurung di kabupaten Magelang akan merujuk kepada tiga tempat yaitu  Dusun Kanggan, Ringgin Putih ,Borobudur . Kedua Dusun Plandi Sukodono, Pasuruhan ,Mertoyudan  dan ketiga adalah Dusun Candi , Desa Menoreh Kecamatan Salaman.  Magelang dengan daerah berupa hamparan cekungan  Pegunungan yang subur, sangat mendukung untuk didiami sejak dahulu kala, hal itu yang menyebabkan banyak terdapat peninggalan sejarah . Peninggalan sejarah tersebut menunjukan bahwa, di daerah tersebut  telah terdapat satuan masyarakat dengan kebudayaannya. Candi Borobudur merupakan salah satu bukti keberadaan peradaban masyarakat setempat cukup tinggi.
 Salaman, merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Magelang sisi barat daya.Dengan bentangan Pegunungan Menoreh yang menjadi latar belakangnya di sebelah selatan. Sekaligus menjadi batas alamiah, dengan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Purworejo. Kaki Pegunungan Menoreh tersebut, terdapat situs candi wurung. Terletak di Dusun Candi, Desa Menoreh Kec Salaman Kabupaten Magelang. Berada di sebelah barat perkampungan , sebelah jalan menuju ke Dusun Ngemplak Desa Menoreh. Situs tersebut berupa gundukan tanah di areal sawah warga desa tersebut
Gapura masuk Dusun Candi Menoreh dari arah timur.
keberadaan situs ada disebelah barat dusun, 100 meter dari gapura

Menoreh pada masa lalu sudah menjadi pusat perhatian masyarakat, karena menjadi pusat pemerintahan distrik saat colonial Belanda. Sudah tentu keberadaannya sangat di kenal oleh berbagai kalangan. Salah satunya adalah  J. Knebel seorang arkeolog Belanda dari Comissie In Nderelandsch Indie Voor auclheidundige Onderzoek op Java en Madoera, cikal bakal Lembaga Arkeologi Indonesia. Pada  tahun 1911 untuk melakukan  penelitian. Besar kemungkinan berdasarkan laporan dari lurah desa yang diteruskan kepada wedana dan residen Kedu saat itu. Saat itu Knebel telah menemukan keberadaan situs candi ini, dengan adanya bentuk fragmen gerobak dengan tujuh ekor kuda, dewa laki laki , dan pilar pilar bentuk gajah. 
Candi bangunan bata                
Baskoro Daru Tjahyono, seorang arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta dalam penelitiannya selama tahun 2001-2002 berhasil menghimpun 40 situs candi yang berada di sekeliling Candi Borobudur dalam radius 15 km. Dari ke 40 situs tersebut terdapat 26 situs dengan bangunan dari batu bata. Termasuk didalamnya adalah situs Candi Wurung Menoreh Salaman. Pada saat penulis masih Sekolah Dasar, telah mengenal situs tersebut melalui salah seorang teman sekolah yang tinggal di dusun tersebut. Pada decade 1980 an, masih berupa gundukan tanah di tengah sawah penduduk, dengan tiga batang pohon kelapa yang menjulang. Akses menuju ke sana belum serapi dan sehalus sekarang, masih jalan kampung tanah padat dengan batuan kerikil.
lokasi situs candi wurung Menoreh berada di gerumbul tengah pesawahan milik penduduk.

                Balai Purbakala mulai serius melakukan penelitian pada tahun 1990 an, berdasarkan laporan dari Pegawai konservasi purbakala yang berasal dari daerah setempat. Balai Purbakala melakukan peninjauan dan menemukan beberapa komponen bangunan candi meliputi yoni, patung siwa, ganesa dan patung yang belum jelas. Komponen tersebut kemudian diamankan di Museum Purbakala Borobudur dengan register ( J.229).                Yoni yang terlihat ada dua buah, satu tinggal menyisakan setengah badan sampai ceret masih utuh. Sedangkan yang satunya dalam kondisi terbalik, terbuat dari batuan andesit warna abu abu. Menurut laporan Purbakala tahun 1997-1998 sebenarnya terdapat, tiga yoni. Namun untuk yang satunya belum tertemukan sampai saat ini. Selain komponen arca, yoni juga ditemukan relief singa pada cerat candi.
               
Berdasarkan pengalian besar besar pada tahun 2001-2002 berhasil ditemukan susunan bangunan berasal dari batu bata dengan bentuk segi delapan ( hexagonal) . Suatu bentuk candi yang langka ditemukan di Jawa Tengah.  Material bangunan adalah batu bata, dengan isian adalah batu bulat utuh. Sebelum dilakukan pengalian telah ditemukan sebaran batu bata yang memiliki ukuran cukup besar yaitu panjang 29- 35 an cm , lebar 20 an cm x 24 cm, dan tebal 10 cm x 11 an cm. Dengan bentuk bata balok, bata penyangga, bata penyiku, bata pengunci, dan bata profil ( pingulan) . Namun sayangnya sebaran batu bata kuto tersebut telah menyebar ke sejumlah kawasan , bahkan beralih fungsi untuk pondasi rumah, titian, pijakan pematang sawah. Hal itu dikarena kurangnya wawasan masyarakat akan arti pentingnya bangunan kuno. 
tampak potongan batu bata yang diguakan
oleh penduduk untuk pijakan pematang sawah

Bahkan Purbakala menemukan jejak jejak pengalian liar berdasarkan struktur tanah galian yang tidak beraturan. Hal tersebut adalah ulah para pemburu barang antik yang dikomersilkan.                Berdasarkan dari keterangan tersebut dapat disimpulkan kalau banguan Candi Wurung di Menoreh Salaman tersebut mengunakan dua material utama. Untuk kontruksi banguan mengunakan bahan batu bata, sedangkan sarana pemujaan yaitu arca sebagai bentuk pantheon dan yoni mengunakan batu andesit beku vulkanik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Candi Wurung ini adalah bersifat Hindu Siwaistis.
Pasangan lingga dan yoni adalah lambang alat kelamin laki - laki dan perempuan. Kamus Bahasa Jawa menjelaskan bahwa “Lingga tanda, ciri, isyarat, sifat khas, bukti keterangan, petunjuk; Lingga, lambang kemaluan lelaki (terutama Lingga Siwa dibentuk tugu batu), patung dewa, titik tugu pemujaan, titik pusat, pusat poros, sumbu”. “Yoni rahim, tempat lahir, asal Brahmana, Daitya, dewa, garbha, padma, naga, raksasa, sarwa, sarwa batha, sudra, siwa, widyadhara dan ayonia."


Dengan ditempatkan lingga yoni di suatu tempat menunjukan  bahwa tempat tersebut adalah daerah yang sangat subur. Hal ini dapat dipastikan di mana pasangan lingga yoni ditemukan, maka lingkungannya adalah lingkungan agrasis yang subur. Lingga yoni paling sering ditemukan berada di dekat candi. Lingga berbentuk batu tegak seperti kemaluan laki - laki dengan bentuk bujur sangkar pada bagian paling bawah, segi delapan pada bagian tengah dan bulat di bagian teratas. Pada bagian bujur sangkar inilah kemudian ditanamkan pada yoni. Lingga berasal dari kata sansekerta yang berarti tanda, ciri, isyarat, bukti dan keterangan. Lingga adalah pengembangan bentuk pemujaan dari  jaman lebih kuno yaitu menhir. 
 Modal Dasar Pengembangan.                
Bagi Desa Menoreh sebetulnya keberadaan situs ini, adalah modal dasar untuk mengembangkan ekonomi desa. Pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat terangkat dengan mengembangkan wisata sejarah, tentunya dengan dukungan Pemerintah melalui Balai Purbakala untuk melakukan pengalian dan rekontruksi kembali. Kegiatan pengalian yang pernah dilakukan justru tidak berlanjut, hasil penelitian kembali dikubur demi alas an keamanan benda purbakala. Apabila hal tersebut dilakukan kembali, dan bersinergi dengan Pemerintah Desa merupakan asset yang besar untuk kesejahteraan masyarakat. Potensi sejarah Menoreh sangat beragam, banyak situs sejarah yang mewakili bentangan jaman. Mulai jaman Mataram Hindu, Islam,dan  Belanda semua tersaji lengkap. Tinggal daya dukung dari berbagai pihak untuk dapat mengelolanya. Selain itu juga menjadi kebanggaan warga masyarakat, yang menimbulkan rasa prestise terhadap daerahnya.                

1 komentar:


  1. mari bergabung dengan kami di ionqq_com
    menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi segera bergabung yuk dengan kami ^^

    BalasHapus